Mengejar Sunrise di Kelimutu

Menyaksikan matahari terbit di puncak Kelimutu

Menyaksikan matahari terbit di puncak Kelimutu

Teet teet teet teet. Alarm ponsel saya berbunyi cukup nyaring untuk Moni yang sepi di jam 4 pagi. Rasanya sulit untuk bangun dari tempat tidur di pagi buta pas hari libur. Namun jadwal kami pagi itu adalah mengejar sunrise di Kelimutu.

Saya dan ketiga teman saya, Sandy, Bita dan Gita, tiba di Moni malam sebelumnya, setelah melalui perjalanan darat dari Maumere sekitar 4 jam. Moni menjadi tempat tujuan pertama, mengawali overland trip Flores kami pada bulan November 2012 lalu. Overland trip yang cuma selama 6 hari, namun sangat berkesan sehingga menimbulkan efek travel blues pada kami selama 1 bulan lebih hahaha.

Pagi buta itu kami akan berangkat dari tempat kami menginap, Bintang Lodge, menuju Danau Kelimutu. Dengan nyawa yang masih belum terkumpul sepenuhnya, kami ganti outfit kami dengan baju hangat dan bersiap menempuh perjalanan menuju puncak gunung Kelimutu. Puncak gunung? Bukannya danau? Ya, memang danau yang juga dikenal dengan nama Danau Tiga Warna ini adalah danau kawah sisa kaldera yang terletak di puncak Kelimutu. Jadi meskipun berwisata ke danau, outfit yang digunakan harus disesuaikan dengan iklim gunung. Untungnya puncak Kelimutu tidak begitu tinggi sehingga suhu udaranya pun hanya seperti dinginnya kawasan Puncak Bogor.

Dari Bintang Lodge, tour guide membawa kami menempuh perjalanan menggunakan mobil sekitar 30 menit. Kemudian perjalanan dilanjutkan dari area parkir mobil ke puncak Kelimutu dengan berjalan kaki juga sekitar 30 menit. Jalan setapak yang dilalui cukup panjang, terjaga rapi dan bersih, meskipun tidak semuanya dibuat menggunakan paving block. Sebagian jalan setapak masih murni beralaskan tanah. Tapi justru ini membuat suasana tetap terasa alami, asalkan bersih dari sampah. Alas paving block mulai terbentang di jalanan yang meninggi. Cukup ngos-ngosan juga untuk mencapai puncak Kelimutu, karena jalanan yang mendaki dan juga udara yang semakin tipis mengingat danau ini berada di ketinggian.

jalan setapak

Berjalan kaki menuju puncak Kelimutu

view jalan setapak

View sepanjang perjalanan ke puncak Kelimutu

tangga ke puncak

Tangga pendakian Kelimutu

Sesampainya kami di atas, matahari sudah terlanjur terbit. Namun hal itu tidak lantas membuat kami kecewa. Pemandangan yang kami lihat membuat kami segera lupa dengan rasa capai yang kami rasakan sebelumnya.  Di sini, Tuhan menambahkan tiga danau kawah cantik di dalam ‘lukisan’ pegunungan milik-Nya. Mungkin kalau anak SD sudah pernah melihat Kelimutu, gambar pemandangan standar dengan dua gunung dan matahari di tengahnya akan jadi berbeda, jadi di tambah dengan tiga bulatan gambar kawah 😀

tugu kelimutu

Tugu puncak Kelimutu

view puncak lainnya

View dari puncak Kelimutu :’)

Saat kami mengunjungi Kelimutu, warna danaunya tidak seperti warna pada gambar Danau Tiga Warna di uang pecahan Rp 5000 tahun edaran ’92 (putih, biru dan merah). Waktu itu danaunya berwarna biru tua (Tiwu Ata Polo), biru turquoise (Tiwu Nua Muri Ko’o Fai) dan hitam (Tiwu Ata Bupu). Ada cerita menarik mengenai ketiga danau ini. Jadi, masyarakat setempat memiliki kepercayaan bahwa Danau Kelimutu menjadi tempat berkumpulnya arwah orang meninggal. Setelah meninggal, arwah orang tersebut akan pergi dari tempatnya dan kemudian tinggal di Kelimutu selamanya. Sebelum masuk ke dalam salah satu danau, arwah akan bertemu terlebih dahulu dengan Konde Ratu sang “penjaga gerbang”. Kemudian akan ditentukan danau mana yang akan menjadi tempat arwah tersebut bersemayam, tergantung dari umur dan sifat arwah orang tersebut semasa hidup. Arwah dari muda-mudi yang telah meninggal berkumpul di Tiwu Nua Muri Ko’o Fai. Arwah dari orang yang telah meninggal dan semasa hidupnya selalu melakukan kejahatan / tenung berkumpul di Tiwu Ata Polo. Sedangkan arwah dari orang tua yang telah meninggal berkumpul di Tiwu Ata Bupu.

Rp5000TE1992

Uang pecahan Rp 5000 tahun edaran ’92

danau 1

Tiwu Nua Muri Ko’o Fai dan Tiwu Ata Polo

danau 2

Tiwu Ata Bupu

monyet setempat

“Penduduk” setempat 😀

Guide kami menceritakan hal menarik lainnya tentang kepercayaan masyarakat setempat terkait Danau Kelimutu. Masyarakat setempat percaya bahwa ketika danau sedang berwarna biru-biru seperti waktu kami datangi, Indonesia sedang berada dalam keadaan damai. Namun ketika ada danau yang berubah warna menjadi merah, hal ini dianggap sebagai pertanda akan terjadi perpecahan antar suku / ras / lainnya di suatu tempat di Indonesia.

Konon katanya Kelimutu juga menjadi tempat yang memberi inspirasi bagi Bung Karno dalam menyusun Pancasila. Sewaktu Bung Karno dibuang dan diasingkan ke Ende, Flores, Bung Karno berkunjung ke Kelimutu dan berbincang-bincang dengan orang setempat. Dari situ Bung Karno mengetahui bahwa berbagai macam suku di tanah Flores memiliki bahasa dan dialeknya masing-masing yang tidak dipahami oleh suku lainnya. Sehingga untuk berbincang dengan orang dari suku yang berbeda, mereka harus menggunakan bahasa Indonesia. Dari sinilah Bung Karno mendapat inspirasi untuk Pancasila. Konon, Kelimutu juga menjadi tempat meditasi Bung Karno, sehingga Guntur dan Megawati sering berkunjung ke Kelimutu.

Danau yang dianggap sakral oleh masyarakat setempat ini juga banyak memakan korban dan tidak lepas dari hal berbau mistis. Korban meninggal di Danau Kelimutu mulai dari turis yang ceroboh ketika berdiri di pinggir tebing mulut danau, hingga orang yang bunuh diri karena putus cinta. Kejadian mistis pun tidak terjadi hanya sekali. Pernah ada anggota tim SAR yang bermalam di Kelimutu saat sedang menjalankan tugas, mendengar adanya keramaian seakan-akan ada kehidupan manusia di Kelimutu. Pernah juga ada turis asing yang berkemah di Kelimutu, terbangun di pagi hari karena merasa kedinginan, dan menyadari bahwa tenda yang digunakannya berkemah ‘dipindahkan’ ketika sedang tidur 😯

Kembali berbicara tentang warna danau, sampai saat ini belum ada yang bisa memprediksi kapan ketiga danau ini akan berganti warna. Tidak ada pertanda khusus yang muncul ketika warna danau akan berubah. Komposisi mineral yang terkandung dalam air danau tersebut yang menyebabkan danau berubah warna, juga belum dapat diprediksi akan mengubah warna danau menjadi warna apa. Sehingga, bisa saja ketika kamu berkunjung ke Kelimutu, warnanya berbeda dengan warna yang kami lihat saat berkunjung ke sana, atau mungkin bisa sama dengan warna yang ada di gambar uang pecahan Rp 5000 😀

foto berempat

Salam dari Danau Kelimutu! (ki-ka: Gita, Sandy, Bita, Inu)

*photo courtesy of: Inu, Sandy, Gita, Bita

8 pemikiran pada “Mengejar Sunrise di Kelimutu

  1. Ping balik: Dari Workshop kecil-kecilan #TravelNBlog

    • Halo Adie, salam kenal juga! Iya kemaren nggak sempat ngobrol lama ya. Makasihh, mari saling berkunjung blog! 😀

  2. Ping balik: Travel Blogging untuk Berbagi | backpackstory

  3. Ping balik: 6 Hari Keliling Flores dan Taman Nasional Komodo | kaburbentar

  4. Ping balik: Dari Workshop #TravelNBlog Jakarta | Travel and Blog

Tinggalkan komentar